• VISI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN:

    Menjadi Institusi Pendidikan Kesehatan yang Unggul Dalam Mengembangkan dan Memanfaatkan Ilmu dan Teknologi Kesehatan untuk Memecahkan masalah kesehatan Lokal, Nasional dan Global.

  • RAPAT KERJA FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    Aula Tappalang LPMP Majene .

  • KEGIATAN FIKES UNSULBAR

    Seminar dan Workshop Kesehatan

  • WHAT IS NURSE?

    "Nurses dispense comfort, compassion, and caring without even a prescription.".

  • VISI PRODI KEPERAWATAN:

    Terwujudnya Prodi Keperawatan yang menghasilkan tenaga keperawatan profesional,berbudaya dan bermasyarakat melalui penerapan Asuhan Keperawatan Komunitas pada tahun 2030 dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kamis, 15 Februari 2018

KERJA SAMA ANTAR PERGURUAN TINGGI

Pembangunan di bidang pendidikan terus di pacu seiring dengan pembangunan infrastruktur yang di gaungkan pemerintah saat ini. Pendidikan dengan kurikulum berbasis kompetensi dan membangun karakter terus di pacu baik untuk pendidikan tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Demikian pula yang dilakukan oleh Universitas Sulawesi Barat utamanya pada Fakultas Ilmu – ilmu kesehatan yang membina pendidikan keterampilan dibidang Keperawatan. Untuk meningkatkan pembinaan pendidikan dalam halnya tri darma perguruan tinggi maka fakultas ilmu kesehatan menjalin kerja sama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Generasi Polewali Mandar.
Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan Tri darma perguruan tinggi di kedua institusi Pendidikan yang membina program studi keperawatan. Penanda tangan perjanjian kerja sama ini dilaksanakan di Kampus Biru Stikes Bina Generasi Polewali Mandar pada tanggal 26 Januari 2018,.
Penanda tanganan dilakukan oleh Ketua Stikes Bina Generasi Polewali Mandar   bapak Andan Firmansyah ,S.Kep,Ners,M.Kep.  dan Bapak Dr Muzakkir  M.Kes,. selaku Dekan Fakultas Ilmu – ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat,. Yang di saksikan oleh Wakil Ketua I bidang Akademik  ibu Asri Apriliani S.Kep,Ners, M.Kes,. Ketua Program Studi S1 Keperawatan bapak Muhammad  Zikir, S.Kep, Ners,  sekretaris program studi keperawatan ibu Masyita Wahab. S.Kep,Ners,M.Kes. dan staf dari  fakultas ilmu – ilmu Kesehatan Muhammad Irwan, S.Kep.,Ners,M.Kes. dan Aco Mursyid S.Kep, Ners,.
Kerja sama ini di sambut baik oleh pihak Stikes Bina Generasi  “  kerja sama ini sangat baik untuk meningkatkan tri darma perguruan tinggi baik bagi dosen , mahasiswa dan staf “ ujar ketua Stikes Bina Generasi  polewali mandar  Andan Firmansyah,S.Kep,Ners, M.Kes,.
Kerja sama ini juga di tujukan untuk meningkatkan skill dosen dalam bidang pengabdian masyarakat dan penilitian di kedua institusi, serta pemanfaatan laboratorium dan perpustakaan serta  pertukaraan penguji skripsi   sambung Dekan Fakultas Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat , Dr  Muzakkir M.Kes,.



Share:

Sabtu, 03 Februari 2018

PEMERIKSAAN SENSORIK & INTENSITAS NYERI

PEMERIKSAAN SENSORIK DAN INTENSITAS NYERI
Lokalisasi lesi dalam sistem saraf : 
1. Lesi kortikal / Lobus parietal:
  • - Streognosis,
  • - Grafestesia,
  • - Sensasi posisi,
  • - Lokalisasi titik / inattention.
2. Lesi Sub kortikal (Kapsula Interna, GangliaBasalis, thalamus)
  • - Gangguan tusuk jarum,
  • - Gangguan Raba.
3.Lesi pada batang otak :
  • - Penurunan sensasi nyeri
  • - Penurunan sensasi suhu,
  • - Refleks kornea.
4.Lesi pada Medulla Spinalis :
  • -Gangguan sensasi nyeri tusuk jarum,
  • -Gangguan Rasa getar.
a. Lesi Transversal total.
Hyperestesi pada bagian atas dan hilang pada bagian bawah.
b. Separuh dari medulla spinalis,
Hilangnya posisi sendi dan getaran pada sisi yang sama dengan lesi dan hilangnya rasa nyeri dan suhu pada sisi yang berlawanan .
c. Medulla spinalis sentral.
Hilangnya sensasi rasa sakit dan suhu pada tingkat lesi.
d. Columna posterior
Hilangnya posisi sendi dan getaran dengan modalitas nyeri dan suhu yang masih utuh,
e. Sindrom spinalis anterior,
Hilangnya rasa nyeri dan suhu dibawah tingkat lesi, dengan posisi sendi dan getaran yg masih normal.
  • Penyebab umum dari adanya Lesi :
    • Lesi Saraf tunggal : (N. Medianus, N. Ulnaris, N. Radialis).
Neuropati akibat saraf terjepit.
    • Lesi Multipel Saraf Tunggal :
Vaskulitis , Neuropati yg lebih difus.
    • Lesi Saraf perifer : DM, Defisiensi Vit. B1, GBS.
    • Lesi pada Med. Spinalis :
Trauma, Kompresi medulla spinalis oleh tumor.
    • Lesi pada batang otak :
    • Stroke pada batang otak.
    • Gangguan thalamus dan kortikal:
    • Stroke, trauma, tumor otak.
PEMERIKSAAN SENSORIK :
  • Diseluruh bagian tes sensorik, pasien perlu kita ajari terlebih dahulu mengenai tes yg akan dilakukan. Kemudian lakukan tes tersebut. Akhirnya cek apakah pasien telah mengerti dan melakukan tes tersebut dengan semestinya. Untuk semua tes, mulailah dari daerah yang mengalami gangguan sensorik ke daerah yang normal.
  • LENGAN :
Terdapat 4 nervus yang sering terganggu di lengan, yaitu : N. Medianus, N. Ulnaris, N. Radialis, N. Aksilaris.
§ TUNGKAI :
Defisit sensorik pada seseorang lebih sering terlihat pada nervus-nervus berikut :
§ nervus kutaneus lateralis, (paha bag. Dpn dan samping).
§ nervus peroneus communis (betis depan, samping, dan sebagian belakang)
  • Nervus femoralis (paha depan bagian medial sampai ke tungkai bawah.
  • Nervus ischiadicus (paha belakang bag. Tengah sampai ke tungkai bawah).
  • TES SENSORIK PRIMER :
  • RABA HALUS:
Gunakan sepotong kapas, beberapa orang lebih menyukai menggunakan ujung jari. Sentuhkan kapas tersebut diatas kulit.
Cobalah untuk mengulangi rangsangannya.
Peragakan – dengan kedua mata pasien terbuka, tunjukkan padanya bahwa anda akan meraba kulitnya. Mintalah pasien mangatakan “ya” setiap kali dia merasakan sentuhan.
TES – perintahkan pasien untuk menutup matanya, lakukan tes pada daerah kulit yang bermasalah.
 TES NYERI:
Roda bergerigi atau rader sering digunakan Dr. Wartenberg, bisa juga dengan menggunakan peniti atau jarum tajam dan tumpul.
 Peragakan – Tunjukkan kepada pasien apa yg anda kerjakan, Jelaskan bahwa anda ingin agar pasien memberitahukan apakah jarum yang dirasakan tajam atau tumpul. Sentuh area yang terganggu dengan jarum dan kemudian sentuh dengan jarum tumpul pada area yg sehat.
 TES – mintalah pasien menutup kedua matanya kemudian beri rangsangan tajam dan tumpul secara acak, dan perhatikan respon pasien.
 Dermatom – Pada lesi radiks saraf, timbul area penurunan sensasi yang terbatas pada distribusi segmental. Area kulit yang dipersarafi oleh radiks spesifik dinamai dermatom.
 Baal - Sering pasien mengeluh area baal. Pasien harus diinstruksikan untuk melukiskan area ini dengan satu jari tangan. Kemudian pemeriksa harus menempatkan peniti di pusat area baal merangsang ke arah luar sampai pasien memperhatikan rasa nyeri, dengan cara ini batas kehilangan sensorik dapat ditentukan.
 TES SENSASI SUHU:
Isi tabung dengan air hangat dan dingin.
Peragakan – “ saya mau anda mengatakan sesuatu jika saya sentuh anda dengan tabung yang panas atau dingin. Sentuhkan secara acak tabung air panas dan dingin pada tangan, kaki atau daerah kulit yang terganggu.
 TES PROPRIOSEPSI (Indera posisi)
Propriosepsi harus dites pada jari tangan dan kaki bilateral dengan memegang sisi lateral phalanx distal, sementara bagian proksimal phalanx dipertahankan tetap. Mula-mula tes ini dijelaskan kepada pasien dengan matanya terbuka pemeriksa memperlihtakan apa artinya “keatas” dan “kebawah”. Kemudian pasien menutup mata & pemeriksa menggerakkan phalanxnya keatas dan kebawah. Pasien hrs menjawab apakah sendinya ke atas atau ke bawah.
 SENSASI RASA GETAR :
Gunakan garpu tala 128 Hz. Garpu tala dengan frequensi yg lebih tinggi (256 atau 512 Hz) tidak adekuat.
Peragakan – Pastikan pasien mengerti bahwa dia akan merasakan getaran, dengan memukulkan garpu tala dan meletakkannya diatas sternum atau dagu.
TES –mintalah pasien menutup matanya, tempatkan garpu tala pada tonjolan tulang, tanyakan pasien dapat merasakan getaran tersebut.
Letakkan pada sendi metatarsal falangeal, malleolus medialis, tuberositas tibialis, spina iliaka anterior superior, di lengan dan pada ujung jari, masing-masing sendi interfalangeal, pergelangan tangan, siku dan bahu. Bila sensasi bagian distal normal, tes tidak perlu dilakukan pada bagian proksimal
 PEMERIKSAAN SENSORIK SEKUNDER :
 Streognosis :
Identifikasi taktil obyek dinamai sebagai streognosis. Banyak jenis obyek yang lazim dapat digunakan seperti uang logam, penjepit kertas, kunci atau kancing baju. Obyek yg tidak diakrabi harus dihindari. Ketidak mampuan mengenal suatu obyek dinamai astereognois atau agnosia taktil.
 Grafestesia :
Ketidakmampuan mengenal angka atau huruf yang dituliskan pada kulit dinamai grafestesia. Angka sekitar 1 cm tingginya digambarkan pada bantalan jari tangan dengan menggunakan pensil.
Kehilangan kemampuan membedakan angka atau huruf dikenal sebagai grafenestesia.
 Diskriminasi dua titik :
Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujungdisebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan ber-variasi. Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dpt dibedakan pd ujung jari tangan, 30-40mm dpt dibedakan pada dorsum pedis. Tes dpt menggunakan kompas, jepitan rambut.
 Sensory inattention.
Mintalah pasien untuk mengatakan kepada anda bagian mana yang anda sentuh (baik dengan kapas ataupun dengan jarum). Sentuhlah pada bagian kanan dan kemudian pada bagian kirinya. Jika pasien dpt membedakan masing-masing secara terpisah, kemudian sentuhkan kedua bagian pada saat yg sama.
Pengertian Nyeri :
 Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
 Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Fisiologi Nyeri :
 Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
INTENSITAS NYERI :
 Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Pengukuran intensitas nyeri :

1. Skala Intensitas nyeri Deskriptif :












2. Skala Intensitas Nyeri Numerik:









3. Skala nyeri Analog visual :









4. Pengukuran Nyeri Wong Baker :








5. Verbal Descriptive Scale ( VDS)
 Pengukuran derajat nyeri dengan tujuh skala, yaitu nilai :
1 = Tidak nyeri
2 = Nyeri sangat ringan
3 = Nyeri ringan
4 = Nyeri tidak begitu berat
5 = Nyeri cukup berat
6 = Nyeri berat
7 = Nyeri hampir tak tertahankan
 Skala Lima Tingkat
merupakan parameter pengukuran derajat nyeri dengan memakai 5 skala, yaitu derajat :
0 = Tidak nyeri, tidak ada rasa nyeri pada waktu istirahat dan aktivitas
1 = Minimal, istirahat tidak ada nyeri, perasaan nyeri timbul sewaktu bekerja lama, berat dan pada penekanan kuat terasa sakit
2 = Ringan, rasa sakit terus menerus atau kadang-kadang timbul, tetapi masih dapat diabaikan /tidak menganggu. LGS normal, pada peneka nan kuat terasa sakit, fleksi dan ekstensi sakit.
3 = Sedang, keluhan seperti pada derajat 2, ditambah keluhan tersebut menganggu aktivi tas dn LGS terganggu.
4 = Berat, nyeri menyulitkan lansia hampir tak tertahankan dan gerakan fleksi/ekstensi hampir tidak ada/tidak mampu.(Ish).
Daftar Pustaka :
1. Fuller Geraint. Panduan Praktis Pemeriksaan Neurologis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008
2. Weiner L. Howard et al. Buku Saku Neurologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.2001.
3.Scherokman et.al. Tes-Tes Diagnostik dalam Neurologi.Penerbit Hipokrates Cet. IV 1996.
4. Suharto, RPT,M.Kes. Instrumen Pengukuran Fisioterapi. Poltekkes Makassar. 2005.
5. Tamsuri Anas, Konsep & Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.
6. Gaus Syafruddin, Manajemen Nyeri,Bag. Anestesiologi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri. FK UNHAS. 2008
7. Irfan, Pengukuran Nyeri. www.daenkpedro.blogspot.com. 2008
8. www.qittun.blogspot.com. Konsep Nyeri.2008
Share:

PENGAJUAN PRODI BARU TUTUP, FIKES MENGAJUKAN DUA PRODI, INI YANG LAIN.

PENGAJUAN BORANG PRODI BARU DITUTUP, FIKES UPLOAD BORANG INI.
Tanggal 31 Januari 2018 adalah hari terakhir untuk upload borang prodi baru, pengajuan borang program studi baru yang dilakukan secara online di sini, sampai berakhirnya batas waktu yang ditentukan Unsulbar, hanya meng-upload 5 prodi baru yaitu: Agroteknologi, Teknologi Hasil Pangan, Profesi Ners, Gizi dan Arsitektur.
Kelima prodi baru yang diusulkan ini berasal dari 3 Fakultas, Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Fakultas Teknik. Sementara prodi lain yang diusulkan yaitu: 
1. Statistika
2. Ilmu atau Sains Aktuaria
3. Teknik atau Rekayasa Perkapalan
4. Ilmu atau Sains Kelautan
5. Sistem informasi
6. Biologi Terapan
7. Kimia
8. Fisika
Saat ini di website http://silemkerma.dikti.go.id/  Kedelapan Prodi baru tersebut berada dalam Status CLOSED, status CLOSED adalah usulan yang belum selesai diusulkan secara lengkap hingga batas waktu periode usulan, dengan demikian usulan tersebut tidak diproses. Silahkan mengusulkan di periode berikutnya sesuai jadwal yang ditentukan, demikian pemberitahuan di website.(Ish).


Share:

Jumat, 02 Februari 2018

PROFESI NERS FIKES UNSULBAR DAPAT REKOMENDASI AIPNI BEGINI ISINYA.

Setelah melakukan visitasi dalam rangka penilaian layak tidaknya Program Studi Keperawatan  Fakultas Ilmu Kesehatan menjadi anggota AIPNI (Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia) beberapa hari yang lalu seperti yang telah diberitakan di sini ketua AIPNI akhirnya mengeluarkan rekomendasi dengan nomor 116/AINEC.Ka.Sr/I/2018, perihal Rekomendasi pembukaan program Pendidikan Profesi Ners di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat yang ditujukan ke direktur Jenderal Kelembagaan Pendidikan Tinggi u.p. Bapak Direktur Kelembagaan dan Kerjasama Direktorat Jenderal Kelembagaan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti di Jakarta. 
Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam surat rekomendasi tersebut cukup menggembirakan dari hasil penilaian visitasi berapa hari yang lalu, diantaranya adalah:  bahwa Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan memiliki sarana-prasarana yang memadai berupa gedung perkuliahan yang representative di Kabupaten Majene, dilengkapi dengan laboratorium kesehatan dasar, medikal bedah, kedaruratan, maternitas, anak, komunitas, keluarga, jiwa, ruang-ruang pimpinan lengkap, ruang dosen, ruang tutorial, ruang rapat, ruang ibadah, sarana kemahasiswaan, perpustakaan, aula pertemuan serta sarana lain yang menunjang dan menjamin terselenggaranya penyelenggaraan pendidikan ners secara utuh (sarjana dan profesi) yang dapat memberikan jaminan lulusannya memenuhi standar sesuai KKNI bidang keperawatan level 7.
Hal lain yang dijadikan bahan pertimbangan dalam surat rekomendasi ini adalah bahwa di provinsi Sulawesi Barat saat ini terdapat 3 PTS penyelenggara Sarjana dan Ners yaitu STIKES Fatimah Mamuju, STIKES Andini Persada Mamuju, dan STIKES Bina Generasi Polewali Mandar. Oleh karena itu penambahan jumlah penyelenggara pendidikan profesi Ners di Universitas Sulawesi Barat sangat diperlukan untuk peningkatan  kualitas SDM Perawat di Provinsi Sulawesisi Barat. Surat rekomendasi ini juga dikirim sebagai tembusan ke Rektor Universitas Sulawesi Barat, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, dan Ketua Regional XII AIPNI wilayah Sulawesi.(Ish)



Share:

Kamis, 01 Februari 2018

PENGUKURAN VO2 Max BRUCE TEST


BRUCE PROTOCOL STRESS TEST
Tes ini dibuat oleh Dr. Robert A. Bruce. Bruce Uji dikembangkan sebagai uji klinis untuk mengevaluasi pasien dengan dugaan penyakit jantung koroner, tetapi juga dapat digunakan untuk memperkirakan cardiovascular fitness pada atlet.
Tujuan:                                                                                      
Tes ini dibuat untuk mengevaluasi fungsi jantung dan kebugaran jasmani 
Perlengkapan:                                                                  
 Treadmill, Stopwatch, electrocardiograph (EKG) 
Prosedur:
Latihan dilakukan pada treadmill dengan start pada 2.74 km/jam (1.7 mph) dan dengan kemiringan 10%. Pada interval 3 menit, kemiringan meningkat sebanyak 2%, dan kecepatannya meningkat seperti yang ditunjukkan tabel di bawah ini :
TAHAP KECEPATAN(KM/JAM) KECEPATAN(MPH) INKLINASI
1 2.74 1.7 10% (5,70)
2 4.02  2.5 12% (6,80)
3 5.47  3.4 14% (8,00)
4 6.76  4.2 16% (9,10)
5 8.05  5.0 18% (10,20)
6 8.85  5.5 20% (11,30)
7 9.65  6.0 22%(12,40)
8 10.46  6.5 24% (13,50)
9 11.26  7.0 26% (14,60)
10 12.07  7.5 28% (15,60)
§ Modifikasi:
Modifikasi Bruce protocol sering juga digunakan, dimana diawali dengan beban yang ringan kemudian standar, dan digunakan pada orang lanjut usia serta pasien tertentu. Level pertama dan kedua dari modifikasi Bruce Test dilakukan pada 1.7 mph dengan grade 0% (datar) dan 1.7 mph (2,74 km/jam) dengan grade 5% (kemiringan 2,9 derajat), dan level ketiga berkaitan dengan level pertama pada standar Bruce protocol (kecepatan 2,74 km/jam dengan grade 10% atau 5,7 derajat) seperti yang dijelaskan di atas.
§ Hasil:
Skor tes adalah waktu dari tes yang dinilai dalam menit.
Nilai ‘T’ adalah total waktu menyelesaikan tes (dinyatakan dalam menit dan detik).
Pria VO2max (ml/kg/min) = 2.94 x T + 7.65                                 
Pria muda VO2max (ml/kg/min) = 3.62 x T + 3.91
Wanita VO2max (ml/kg/min) = 2.94 x T + 3.7                          
Wanita muda VO2max (ml/kg/min) = 4.38 x T – 3.9
atau dengan menggunakan program kalkulator yang BRUCE teknik.
PROSEDUR PENGUKURAN VO2 Max dengan TEKNIK BRUCE
Sebelum Melakukan pengukuran:
1. Lakukan pemeriksaan Tekanan Darah 
2. Lakukan warming up/ pemanasan.                                              
3. Atur/setting kecepatan dan kemiringan treadmill.
Prosedur:
Pasien/atlet berjalan atau berlari diatas treadmill semampu pasien/atlet, Fisioterapis mengawasi pasien pada saat melakukan test dan merubah parameter kecepatan dan kemiringan treadmill, pasien tetap berjalan/berlari sesuai dengan kecepatan baru yang telah dirubah dan demikian seterusnya.
Latihan dimulai pada kecepatan 2.74 km/jam dan dengan kemiringan 10 derajat dan setiap interval 3 menit kemiringan bertambah 2 derajat dan kecepatannya meningkat sesuai tabel dibawah ini:
TAHAP KECEPATAN(KM/JAM) WAKTU (menit)
INKLINASI
1
2.74
0
10
2
4.02
3
12
3
5.47
6
14
4
6.76
9
16
5
8.05
12
18
6
8.85 
15
20
7
9.65 
18
22
8
10.46 
21
24
9
11.26 
24
26
10
12.07 
27
28
Catatan:  1% = 0,570
Apabila pasien sudah lelah dan tidak mampu melanjutkan test, Fisioterapis mencatat waktu yang telah dijalani Pasien/atlet tersebut. Lalu hitung Prediksi VO2max nya dengan menggunakan rumus:
Pria VO2max (ml/kg/min) = 2.94 x T + 7.65                                    Pria muda VO2max (ml/kg/min) = 3.62 x T + 3.91
Wanita VO2max (ml/kg/min) = 2.94 x T + 3.74                          Wanita muda VO2max (ml/kg/min) = 4.38 x T – 3.9
CONTOH KASUS:
Seorang pasien pria berumur 40 tahun melakukan test BRUCE dan bisa berlari selama 9 menit.
Maka prediksi VO2 max nya adalah: 2.94 x 9 + 7.65 = 34.11 sesuai dengan tabel, kemampuan VO2 max nya adalah dibawah rata-rata (sedikit dibawah normal).
Catatan: FTs sebaiknya menggunakan Stopwatch
MAXIMAL OXYGEN UPTAKE NORMAL UNTUK PRIA (ml/kg/min)
Kriteria Prediksi VO2 max Pria
Kriteria/Usia 18-25
tahun
26-35 tahun 36-45
tahun
46-55
tahun
56-65
tahun
65+ tahun
excellent/baik sekali >60 >56 >51 >45 >41 >37 
baik 52-60 49-56 43-51 39-45 36-41 33-37
diatas rata-rata 47-51 43-48 39-42 35-38 32-35 29-32
rata-rata 42-46 40-42 35-38 32-35 30-31 26-28
di bawah rata-rata 37-41 35-39 31-34 29-31 26-29 22-25
kurang/miskin 30-36 30-34 26-30 25-28 22-25 20-21
sangat kurang <30 <30 <26 <25 <22 <20
MAXIMAL OXYGEN UPTAKE NORMAL UNTUK WANITA (ml/kg/min)
Kriteria Prediksi VO2 max Wanita
Kriteria/Usia
18-25
tahun
26-35
tahun
36-45
tahun
46-55
tahun
56-65
tahun
65+ tahun
excellent/baik sekali
>56
>52
>45
>40
>37
>32
baik
47-56
45-52
38-45
34-40
32-37
28-32
diatas rata-rata
42-46
39-44
34-37
31-33
28-31
25-27
rata-rata
38-41
35-38
31-33
28-30
25-27
22-24
di bawah rata-rata
33-37
31-34
27-30
25-27
22-24
19-22
kurang/miskin
28-32
26-30
22-26
20-24
18-21
17-18
sangat kurang
<28
<26
<22
<20
<18
<17

Catatan:

Kriteria diatas bisa berbeda tergantung literatur yang digunakan, Literatur yang lain misalnya:

Share:

LAPORAN PERKULIAHAN

LAPORAN PERKULIAHAN
KEPERAWATAN

Pengikut

Blog dan Informasi Kegiatan Akademik, Kemahasiswaan dan kesehatan

Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan

Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Prof.,Dr. H. Muzakkir, S.SIT.,SPd.,M.Kes

JURNAL FIKES UNSULBAR

JURNAL FIKES UNSULBAR
Journal of Health Education and Literacy

LOGIN FORM

Login dan password

Login
Password
 
 
Lupa username atau password anda? Temukan di sini!
Belum menjadi anggota? Click di sini untuk mendaftar.

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Postingan Populer