• VISI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN:

    Menjadi Institusi Pendidikan Kesehatan yang Unggul Dalam Mengembangkan dan Memanfaatkan Ilmu dan Teknologi Kesehatan untuk Memecahkan masalah kesehatan Lokal, Nasional dan Global.

  • RAPAT KERJA FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    Aula Tappalang LPMP Majene .

  • KEGIATAN FIKES UNSULBAR

    Seminar dan Workshop Kesehatan

  • WHAT IS NURSE?

    "Nurses dispense comfort, compassion, and caring without even a prescription.".

  • VISI PRODI KEPERAWATAN:

    Terwujudnya Prodi Keperawatan yang menghasilkan tenaga keperawatan profesional,berbudaya dan bermasyarakat melalui penerapan Asuhan Keperawatan Komunitas pada tahun 2030 dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 15 Agustus 2020

Sikap “Responsive” Masyarakat sebagai bagian dari Ikhtiar Melawan COVID-19

 Oleh: Kurnia Harli, BSN., MSN & Erviana, S.Kep.Ns., M.Kep

Peningkatan kasus baru COVID-19 pada era new normal mengalami pergeseran tren baru dari kalangan menengah atas ke kalangan menengah ke bawah. Sebagai contoh di Sulawesi Barat yang menjadi salah satu provinsi di Indonesia dengan pertambahan jumlah kasus positif COVID-19 yang signifikan. dalam kurung waktu kurang dari sebulan, penambahan kasus positif COVID-19 hampir mencapai angka 200, dimana pada bulan Juli hanya  berjumlah 119 kasus, dan di minggu kedua Agustus bertambah menjadi 299 kasus (Data per 14 Agustus 2020). Dari enam kabupaten di Sulawesi Barat, Polewali Mandar menjadi kabupaten dengan kasus COVID-19 tertinggi.  Wawancara Metro TV (5 agustus 2020) dengan Andi Suaib (Jubir Covid-19 Polewali Mandar) mengatakan bahwa 1/3 dari penduduk Sulbar berada di Polewali Mandar sehingga dapat dirasionalkan jika kasus tertinggi COVID-19 berada di Polewali Mandar.

Pada kenyataannya jumlah kasus COVID-19 tidak selalu berbanding lurus dengan jumlah penduduk, provinsi Jawa Barat yang memiliki populasi terbanyak di Indonesia tidak berada di urutan pertama kasus tertinggi di negara kita. Sehingga jumlah penduduk bukan menjadi faktor utama mengapa jumlah kasus COVID-19 meningkat di suatu daerah. Kepatuhan pada penerapan protokol kesehatan yang dinilai masih rendah serta secara finansial kelompok menengah kebawah yang memiliki kemampuan yang kurang memadai untuk melindungi diri dalam hal meningkatkan daya tahan tubuh menjadi penyebab dari pergeseran trend tersebut.

 

 Pandemi COVID-19 menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat di dunia. “Being responsive citizen” menjadi krusial untuk menghadapi pandemi COVID-19 di era “New Normalsaat ini. Di era ini, setiap lini masyarakat diupayakan agar dapat kembali produktif namun tetap terhindar dari penyebaran COVID-19. Badan kesehatan dunia WHO  telah memberikan persyaratan pada pemberlakuan new normal. Terdapat enam kriteria dalam proses pemberlakuan new normal menurut WHO diantaranya kasus penularan menurun, sistem kesehatan yang diperkuat, mengawasi tempat dengan potensi penularan baru, melakukan pencegahan secara masif, kasus transmisi dari luar dapat dikendalikan, dan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam penerapkan new normal.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam penanganan COVID 19, antara lain dengan memberlakukan protokol kesehatan untuk mendukung era new normal di berbagai tempat dan tatanan pemerintahan. Selain itu untuk menguatkan kebijakan tersebut Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) dan WHO (World Health Organization) mengadakan pertemuan dengan pemangku kepentingan melalui konferensi video (VC) untuk meninjau Rencana Tanggap Operasional sektor kesehatan dalam langkah penanganan COVID-19. VC melibatkan pemangku kepentingan dari Kementerian Kesehatan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sekretaris Kabinet, Badan Perencanaan Nasional, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, angkatan bersenjata, asosiasi profesi dan mitra internasional lainnya termasuk UNICEF, UN- OCHA, IFRC, WFP dan ILO. Dalam pertemuan tersebut, ditegaskan kembali bagaimana Operational Response Plan COVID-19 harus secara aktif melibatkan pemerintah, akademisi, komunitas, bisnis dan pelaku media untuk mencapai pendekatan masyarakat yang menyeluruh dalam upaya penanggulangan COVID-19. 

Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang responsive” dan terdampak COVID-19 yang penting dilakukan adalah dengan turut mendukung setiap langkah pemerintah menghadapi COVID-19 dan juga mematuhi setiap protokol kesehatan yang telah diberlakukan. Hal sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan disiplin menerapkan pencegahan COVID-19, diantaranya wajib pakai masker dengan benar saat bertemu siapapun dan dimanapun, rajin mencuci tangan,  menerapkan protokol VDJ (Ventilasi; jauhi ruang tertutup dengan sirkulasi udara buruk, Durasi ; atur durasi tatap muka maksimal 15 menit, Jarak ; jaga jarak 2 meter dengan orang lain) serta mengkonsumsi makanan yang seimbang untuk menjaga sistem imun.

Share:

Senin, 11 Juni 2018

PEMBEBASAN JABATAN DI UNSULBAR ADALAH HUKUMAN DISIPLIN BERAT BAGI PNS

Pelantikan pejabat struktural lingkup UNSULBAR pada tanggal 8 Juni 2018  diikuti oleh mayoritas pejabat struktural lama kecuali 2 orang yang beralih ke fungsional dosen, 1 orang mutasi ke Kemenristekdikti dan 1 orang yang mangkat, 2 diantaranya adalah pejabat baru yang ikut dilantik untuk menggantikan 2 pejabat struktural yang lama. Penggantian 2 pejabat lama tersebut dilakukan secara sepihak oleh para pejabat unsulbar tanpa adanya pemberitahuan secara lisan maupun tertulis, hal ini bisa berpotensi merusak karir 2 PNS tersebut karena dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang dikuatkan dengan Perka BKN Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS disebutkan pada Bagian Kedua Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin Pasal 7 ayat 4: Jenis hukuman disiplin berat sebagaimanan dimaksud padarektorat2-800x600ayat (1) huruf c terdiri dari:
a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama tiga (3) tahun;
b. pemindahan dalam penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
c. pembebasan dari jabatan;
d. pemberhentian tidak dengan hormat tidak atas permintaan sendirisebagai PNS; dan
e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS;
Berpedoman dari Kedua Peraturan diatas maka sangat jelas bahwa apa yang terjadi di unsulbar terhadap 2 PNS yang dibebaskan dari jabatan Kasubag adalah termasuk bentuk hukuman pelanggaran berat disiplin PNS, pertanyaannya adalah pelanggaran disiplin berat yang mana yang telah dilakukan kedua PNS unsulbar tersebut?, Secara umum ada 2 jenis pelanggaran yang bisa dilakukan oleh seorang PNS yaitu pelanggaran terhadap kewajiban dan pelanggaran terhadap larangan.
Seorang PNS yang bisa dijatuhkan hukuman disiplin berat tertuang dalam pasal 10 ayat 1 sampai ayat 13 dari PP Nomor 53 Tahun 2010, salah satunya dalam ayat 9 huruf c berbunyi bahwa pembebasan dari jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 41 (empat puluh satu) sampai dengan 45 (empat puluh lima) hari kerja; pertanyaan berikutnya yang bisa muncul adalah adalah apakah kedua PNS tersebut melakukan pelanggaran ini?.
Sangat disayangkan bahwa kejadian seperti ini( pembebasan dari jabatan tanpa alasan, tanpa pemberitahuan lisan ataupun tulisan)  terjadi disebuah Universitas Negeri seperti Unsulbar yang merupakan kumpulan orang-orang intelek, tempat menimba ilmu bagi anak-anak bangsa, dunia akademik, tempat untuk membangun karakter anak bangsa yang berbudaya, yang juga dalam pengelolaannya untuk membangun sistem tata kelola yang bermutu, transparan, dan bertanggung jawab paling tidak seperti itulah bunyi salah satu Misi Unsulbar yang katanya juga mengembang nilai-nilai Malaqbiq seperti tertuang di Statuta Unsulbar.*(Ish)
Share:

Selasa, 15 Mei 2018

DIMANAKAH HATI? OTAK ATAU JANTUNG.

by Ishak,S.Ft.,Physio.
Marhaban yaa Ramadhan sebentar lagi umat muslim seluruh dunia akan memasuki bulan suci Ramadhan, kata yang sering kita dengar dalam bulan Ramadhan terutama pada awal Ramadhan adalah kata hati, beberapa dari kita mungkin menerima SMS atau WA dari teman atau keluarga dengan pesan mari memasuki bulan suci Ramadhan dengan hati yang suci dan lain sebagainya dengan menggunkan kata hati.  Pertanyaan yang cukup menarik sehubungan dengan hal ini adalah dimanakah hati?. Seorang penulis buku yang cukup terkenal  dan seringkali bukunya menjadi best seller dan merupakan salah satu inspirator muda, membuat sebuah tulisan mengenai hal ini dia adalah IPPHO SANTOSA. Dalam bukunya tersebut (lupa judulnya) Ippho Santosa menyatakan bahwa yang dimaksud hati sebenarnya adalah otak, dan dia merasa risih jika ada orang yang mengatakan bahwa yang dimaksud hati adalah jantung, dan masih dalam bukunya tersebut banyak orang katanya yang berterima kasih karena telah memberitahukan mereka bahwa hati yang sebenarnya adalah otak bukan jantung.
Dalam buku tersebut juga ada sebuah kutipan yang kalau menurut kami itu bukan hanya merupakan suatu kutipan biasa tapi adalah sebuah hadist Rasulullah SAW. Hadist tersebut adalah “Ketahuilah bahwa di dalam tubuh kita terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh anggota tubuh karenanya, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh seluruhnya, ketahuilah bahwa ia adalah hati”.(HR. Bukhari dan Muslim). Hadist inilah yang akan kita coba analisa untuk melihat apakah yang dimaksud hati itu adalah jantung atau otak, tentunya bukan dari ahli hadist  atau ahli tafsir tapi dari kacamata ilmu kesehatan.
Ada dua kata yang bisa kita analisa dari hadist tersebut diatas untuk memberikan sedikit informasi kepada kita dimanakah hati? Otak atau jantung.
Pertama adalah SEGUMPAL, kata segumpal berarti satu gumpalan bukan dua, tiga atau jumlah yang lain.
# Otak; terdiri atas berbagai macam pembagian paling tidak kita mengenal cerebrum (otak besar) dan cerebellum (otak kecil), otak besar pun masih terbagi lagi menjadi dua bagian yang dikenal dengan hemisfer kiri dan kanan (otak kiri dan otak kanan) demikian halnya dengan cerebellum juga dibagi lagi menjadi dua bahagian, berbeda halnya dengan jantung yang hanya satu meskipun ruang dalam juga terdapat beberapa sekat, besarnya jantung kurang lebih sama dengan kepalan tangan kanan kita. Penjelasan ini sedikit banyak sudah memberikan satu tanda bahwa yang dimaksud dengan hadist tersebut diatas merujuk ke jantung terutama kata segumpal, bukan otak yang bentuknya tidak teratur dan terbagi-bagi.
Kedua adalah DAGING, kata daging dalam bahasa kesehatan lebih dikenal dengan kata otot atau dalam bahasa latin dikenal dengan musculus dan bahasa Inggris dengan muscle.
#Otak, penampakan otak dari luar tidaklah merupakan suatu daging tetapi lebih seperti sponge yang berkerut-kerut dan berlipat-lipat yang membentuk gyrus dan sulcus, dibandingkan dengan jantung maka jantung adalah merupakan daging atau otot, bahkan diantara organ-organ yang vital jantung adalah satu-satunya yang mempunyai jenis otot tersendiri yang dikenal dengan myocardium, oleh karena itu otot bisa menjadi kuat juga bisa menjadi lemah dan sangat mirip dengan otot yang melekat pada tulang yang akan kuat apabila sering kita gunakan misalnya dengan olahraga. Penjelasan inipun semakin mengarahkan kita bahwa yang dimaksud hati adalah jantung bukan otak paling tidak dari dua kata “segumpal daging”.
Dalam Al-quran dan hadist kata  yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan “hati” adalah “qulub” atau “qalb” yang ternyata arti harfiahnya dalam bahasa anatomi lebih merujuk ke jantung atau dikenal dengan cor atau cardio, bukan hati yang berarti “hepar” atau “liver” ataupun otak (brain). Demikian halnya dengan kata dari bahasa Inggris yaitu heart juga merujuk ke jantung misalnya dalam kalimat ‘heart attack’ yang diartikan sebagai penyakit serangan jantung bukan hati (hepar) apalagi otak. Dalam gambar yang menggunakan kata hati misalnya juga lebih menunjukkan bahwa itu adalah jantung misalnya dengan kata LOVE atau cinta.
Para uztads yang memberikan ceramah jika menggunakan kata hati dan berusaha untuk menunjuknya maka dia akan menunjuk bagian dada kiri dimana itu adalah letak jantung, bukan dengan menunjuk kepala yang merupakan tempat otak, demikian halnya dengan lagu  GROUP SNADA dengan jujudul “Jagalah Hati” yang sering dinyanyikan AA Gym ekspresi penyanyinya pun menunjuk ke dada bagian kiri.
Sebagai tambahan hadist lain yang juga berhubungan dengan keberadaan hati adalah: Sesungguhnya Jibril mendatangi Rasulullah saw ketika beliau sedang bermain dengan anak-anak sebayanya, lalu mengambilnya dan meletakkannya di tanah dan membelah dadanya. Kemudian mengambil hati beliau dan mengeluarkan gumpalan darah hitam daripadanya. Jibril berkata, “Ini bagian syaitan dari tubuhmu”. Lalu Jibril mencucinya dengan air zam-zam di dalam bejana emas. Setelah itu menjahit dan mengembalikan hati (qalbu) beliau ke tempat semula… Anas berkata lagi, “Saya telah melihat bekas jahitan di dada beliau”. (HR. Muslim). Kalau misalnya hati adalah otak maka tentunya yang akan dibelah adalah kepala Rasulullah karena otak ada dikepala tetapi yang dibelah adalah dada beliau yang didalamnya ada jantung.
Demikian tulisan ini kami muat untuk memberikan second opinion kepada pembaca mengenai hati...Dimanakah hati sebenarnya otak atau jantung?.............wallahu a’lam*.
#Physio Ishak#










Share:

LAPORAN PERKULIAHAN

LAPORAN PERKULIAHAN
KEPERAWATAN

Pengikut

Blog dan Informasi Kegiatan Akademik, Kemahasiswaan dan kesehatan

Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan

Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Prof.,Dr. H. Muzakkir, S.SIT.,SPd.,M.Kes

JURNAL FIKES UNSULBAR

JURNAL FIKES UNSULBAR
Journal of Health Education and Literacy

LOGIN FORM

Login dan password

Login
Password
 
 
Lupa username atau password anda? Temukan di sini!
Belum menjadi anggota? Click di sini untuk mendaftar.

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Postingan Populer